KONSEP DAN SINTAK DISCOVERY LEARNING
KONSEP DAN SINTAK DISCOVERY LEARNING
Konsep Discovery learning adalah suatu model dan strategi
pembelajaran yang fokus pada keaktifan siswa dan pemberian pengalaman belajar
secara langsung (Dewey,
1916/1997; Piaget, 1954, 1973). Sementara, Bicknell-Holmes and Hoffman (2000)
mendeskripsikan discovery learning sebagai
(1) eksplorasi dan penyelesaian masalah dengan menciptakan, mengintegrasikan,
dan menggeneralisasikan pengetahuan; (2) berpusat pada siswa dengan aktifitas
yang menyenangkan; dan (3) mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengetahuan siswa sebelumnya.
Discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem solving. Perbedaannya adalah discovery learning menekankan pada penemuan konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui dengan fokus masalah yang direkayasa oleh guru. Sementara pada inkuiry, fokus masalah tidak direkayasa sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pengetahuan dan keterampilan untuk mendapatkan temuan dalam masalah tersebut melalui proses penelitian. Pada problem solving pembelajaran lebih ditekankan terhadap kemampuan menyelesaikan masalah (Kemendikbud, 2014).
Sintak discovery learning terdiri atas enam fase sebagai berikut.
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini
pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian
dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki
sendiri. Guru juga dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran berdasarkan hasil stimulasi, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah).
c. Data collection (Pengumpulan Data).
Ketika eksplorasi berlangsung,
guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.
Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
d. Data Processing (Pengolahan Data)
Pengolahan data merupakan
kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik
melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil
bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
e. Verification (Pembuktian)
Tahap ini memberikan kesempatan
siswa untuk melakukan pemeriksaan secara cermat dalam membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data processing. Menurut Bruner, proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang
ia jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap ini adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang
mendasari generalisasi
Kelebihan dan kelemahan model discovery learning menurut Hamalik (1986 dalam Ajiji, 2012)
a. Kelebihan model discovery
learning
1)
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan
dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,
seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya
2)
Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat
pribadi dan ampuh karena kelemahan dalam pengertian, ingatan dan transfer.
3)
Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya
rasa menyelidiki dan berhasil.
4)
Metode ini memungkinkan siswanya dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatan sendiri.
5)
Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya
sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6)
Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep
dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7)
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan
sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
8)
Membantu siswa mengembangkan skeptisme (keragu-raguan)
yang sehat kearah kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
b. Kelemahan model
discovery learning
1)
Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada kesiapan
pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan
abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang
tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. Di
pihak lain justru menyebabkan akan timbulnya kegiatan diskusi.
2)
Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa
yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan
teori atau pemecahan masalah lainnya.
3)
Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat
buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara
belajar yang lama.
4)
Pengajaran discovery lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan
emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
5)
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang
fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
6)
Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan bagi berfikir
yang akan ditemukan oleh siswa telah dipilih lebih dahulu oleh guru, dan proses
penemuannya adalah dengan bimbingan guru.
Ajiji, A. 2012. Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning) : Kelebihan dan
Kekurangan Metode Discovery. (Online). (http://essay-lecture.blogspot.com/2012/09/kelebihan-dan-kekurangan-metode.html,
diakses tanggal 24 April 2015).
Balım, A., G. 2009.
The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and Inquiry Learning
Skills. Egitim Arastirmalari-Eurasian Journal of Educational Research, (35): 1-20.
Bicknell-Holmes, T. dan Hoffman, P. S. 2000. Elicit,
engage, experience, explore: Discovery learning in library instruction. Reference
Services Review, 28(4): 313-322.
Dewey, J. 1997. Democracy and education. New York:
Simon and Schuster. (Original work published 1916) Piaget, J. (1954). Construction
of reality in the child. New York: Basic Books.
Faiq, M. 2014. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning).
(Online). (http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2014/06/model-pembelajaran-discovery-learning-kurikulum-2013.html, diakses tanggal 24 April 2015).
Gijlers, H., de
Jong, T. 2005. The relation between prior knowledge and students’ collaborative
discovery learning processes. Journal of Research in Science Teaching, (42): 264-282.
Hammer, D. 1997.
Discovery learning and discovery teaching. Cognition and Instruction,
15(4): 485-529.
Ikra. 2014. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013. (Online). (http://ikrapuncak.blogspot.com/2014/09/pembelajaran-berbasis-penemuan.html,
diakses tanggal 24 April 2015).
Kemendikbud. 2014.
Materi Pelatihan Guru Implementasi
Kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2014/2015. Jakarta: BPSDMP dan PMP.
Kipnis, N. 2007.
Discovery in science and in science education, Science & Education, (16): 883-920.
Lee, O., Hart, J. E., Cuevas, P. & Enders, C. 2004.
Professional development in inquiry based science for elementary teachers of
diverse student groups. Journal ofResearch in Science Teaching, 41(10): 1021-1043.
Piaget, J. 1973. To
understand is to invent. New York: Grossman.
Data skripsinya ya?
BalasHapusBukan. Itu karya ilmiah buat lomba, tapi gak dapat. Hehehe... Jadi sungkan ini, blog kosong kok sudah dikomentari. Hehehe.
HapusHehehhe... Kirain data skripsinya.
HapusDiscovery learning is more enjoyable. My students must be glad with it
BalasHapus